Minggu, 24 November 2013

Obat Herbal untuk Penyakit TBC

1) Obat Tradisional Penyakit TBC Cordyceps Plus Capsule

Obat Tradisional Penyakit TBC Cordyceps plus capsule
Obat Tradisional Penyakit TBC Cordyceps Plus Capsule adalah produk untuk mengatasi keluhan penyakit penyakit paru-paru yang dibuat dari 100% bahan herbal berkhasiat, diformulasi oleh peneliti-peneliti ahli, dan diolah dengan teknologi modern, sehingga menjadikan khasiat dari herbal semakin optimal dan tetap terjaga.
Perlu anda catat Cordyceps Plus Capsule ini telah dipasarkan di lebih dari 20 negara untuk membantu mengatasi masalah penyakit paru-paru. Dan di Indonesia sendiri Cordyceps Plus Capsule telah mendapat izin BPOM, No izin Badan POM tersebut  TI124346661
Komposisi dan khasiat dari Cordyceps Plus Capsule
Komposisi : Cordyceps, Ginseng.
Obat Tradisional Penyakit TBC Cordyceps plus capsule
Seperti nama produknya, cordyceps merupakan bahan utama dari Obat tradisional penyakit TBC Cordyceps Plus Capsule. Cordyceps hidup di daratan tinggi Qingzhang 3500 m diatas permukaan laut, merupakan kombinasi ulat dan rumput, selama musim dingin cordyceps berada dalam tanah, hidup seperti ulat, pada musim panas keluar dari tanah tumbuh menjadi tanaman kecil. Jadi Cordyceps itu apa? Sebenarnya cordyceps merupakan sejenis jamur. Dan memang cordyceps ini telah sejak lama dijadikan herbal untuk pengobatan di daerah Tibet dan China.
Cordyceps mempunyai daya hidup yang sangat kuat, makanannya adalah akar dan batang tanaman kecil dataran tinggi. Dalam proses pertumbuhannya di dalam tanah selama 2 tahun, ia bisa bertahan tidak makan dalam waktu yang panjang. Tahan terhadap cuaca dingin dan oksigen tipis. Di dalam tubuhnya terkandung zat gizi dan unsur-unsur pembentuk khas biota dataran tinggi.
Khasiat Obat tradisional penyakit TBC Cordyceps Plus Capsule :
  • Cordyceps adalah zat pengatur kekebalan tubuh yang sifatnya alamiah. Fungsi pengatur kekebalannya bersifat dua arah, selain bisa meningkatkan kekebalan tubuh manusia, juga memberikan daya pengendalian kekebalan bagi orang yang mempunyai kekebalan berlebih.
  • Cordyceps adalah zat dari alam yang mempunyai konsentrasi antibiotik berkadar tinggi. Cordyceps bersifat anti terhadap berbagai macam kuman penyebab penyakit.
  • Berkhasiat menurunkan peradangan. Kemampuannya mengatasi peradangan menyamai atau bahkan melampaui hydroconized pine.
  • Cordyceps dapat memperbesar pembuluh darah sehingga meningkatkan pasokan darah ke jantung dan paru-paru.
  • Cordyceps menekan ras lelah, mengatasi kekurangan oksigen, menenangkan, menurunkan lemak darah, meningkatkan daya tahan sel-sel tubuh terhadap proses oksidasi, dan lain-lain pengaruh khasiat obat.

2) Pengobatan penyakit tbc alami

Banyak bahan alami yang bisa digunakan untuk mengobati penyakit tbc, namun penggunaan kulit manggis dalam mengatasi penyakit tbc sangatlah tepat. Karena sudah banyak penelitan terhadap kulit manggis yang membuktikan,bahwa kulit manggis mampu membasmi virus mikrobaterium tuberkulosa (penyebab tbc) dengan baik.
Obat Penyakit Kanker
Hasil penelitian di Tokyo pada tahun 2003, menunjukkan bahwa antioksidan super (xanthone) dalam kulit manggis memiliki efek anti bakteri yang dapat menghambat dan membunuh perkembangan mikroorganisme seperti Mycobacterium tuberculosis (penyebab TBC) dan Staphylococcus aureus(penyebab infeksi dan gangguan pencernaan). Ekstrak kulit manggis juga dipercaya dapat mengobati arthritis, asma, Alzheimer, alergi, dyspepsia(gangguan pencernaan), jerawat, dan eksim.xanthone bersifat antimikroba terhadap MRSA(methicillin resistant staphylococcus aureus), yaitu bakteri yang telah kebal terhadap obat antibiotik yang dapat menyebabkan infeksi parah. Kulit buah manggis juga bersifat sebagai antijamur. Aktivitas antijamur hasil isolasi xanthone yang berasal dari kulit buah manggis dan beberapa derivate mangostin terhadap jamur Fusarium oxysporum, Alternaria tenuis, dan Dreschrela oryzae dapat menghambat pertumbuhan semua jamur

3) Ace maxs Pengobatan penyakit tbc alami

Kini hadir oba herbal ace maxs, obat herbal yang berbahan dasar kulit manggis dan daun sirsak.
ace-maxs-manggis-sirsak2Ace maxs diramu dan di olah menggunakan teknologi tinggi dan diawasi oleh para pakar ahli. Kandungan xanthone pada klulit manggis mampu diambil dengan sempurna dan dipadukan dengan bahan alami lainnya seperti daun sirsak, bunga rosella dan juga madu murni yang aman bagi pengidap diabetes. Obat herbal ace maxs sangat aman untuk digunakan ini terbukti dengan di DEPKES RI P-IRT No. 113317506253.

4) Jahe-Mengkudu bagi TB

P enyakit Tuberkulosis (TB) menjadi permasalahan dunia, dan penderita di Indonesia menempati urutan ke-3 setelah India dan China. Hal ini diperparah dengan berkembangnya resistensi Mycobacterium tuberculosis terhadap obat standar sehingga perlu dicari obat alternatif dari tumbuhan.
Dari 10 tumbuhan herbal tradisional untuk batuk (berdarah) yang diteliti, rimpang jahe merah dan buah mengkudu menunjukkan aktivitas yang lebih kuat pada kuman TB dari yang lainnya sehingga kedua tumbuhan ini digunakan untuk penelitian lebih lanjut. Uji klinis pada manusia dilakukan setelah uji toksisitas akut pada mencit, yang menunjukkan efek penyembuhan yang lebih cepat dan aman, dengan dosis terapi yang dipilih, sebagai tambahan obat standar.
Perspektif:
Alam mempunyai solusi, seperti obat herbal bagi beberapa penyakit yang secara tradisional bisa disembuhkan. Perlu usaha lebih lanjut untuk mengembangkan kearifan tradisional Indonesia menjadi standar bagi kesehatan dalam lingkup lokal dan dunia.

Keunggulan Inovasi:
·         Jahe dan mengkudu mudah diperoleh di Indonesia
  • Kombinasi jahe dan mengkudu bersifat sinergis sehingga dosis dapat diturunkan, dan menurunkan efek samping
  • Mempercepat ‘penyembuhan’ penyakit TB sebagai obat tambahan
  • Membunuh kuman yang telah resisten terhadap obat standar
  • Dapat dikembangkan lebih lanjut menjadi obat standar untuk TB
  • Ekstrak dapat dibuat kapsul untuk memudahkan distribusi

Pengobatan Penyakit TBC

Pengobatan TBC harus dilakukan secara tepat sehingga secara tidak langsung akan mencegah penyebaran penyakit ini. Berikut adalah beberapa obat yang biasanya digunakan dalam pengobatan penyakit TBC:
1)      Isoniazid (INH)
Obat yang bersifat bakteriostatik (menghambat pertumbuhan bakteri) ini merupakan prodrug yang perlu diaktifkan dengan enzim katalase untuk menimbulkan efek. Bekerja dengan menghambat pembentukan dinding sel mikrobakteri (Anonim f, 2010).
2)      Rifampisin / Rifampin
Bersifat bakterisidal (membunuh bakteri) dan bekerja dengan mencegah transkripsi RNA dalam proses sintesis protein dinding sel bakteri (Anonim f, 2010).
3)      Pirazinamid
Bersifat bakterisidal dan bekerja dengan menghambat pembentukan asam lemak yang diperlukan dalam pertumbuhan bakteri (Anonim f, 2010).
4)      Streptomisin
Termasuk dalam golongan aminoglikosida dan dapat membunuh sel mikroba dengan cara menghambat sintesis protein (Anonim f, 2010).
5)      Ethambutol
Bersifat bakteriostatik. Bekerja dengan mengganggu pembentukan dinding sel bakteri dengan meningkatkan permeabilitas dinding (Anonim f, 2010).
6) Fluoroquinolone
Fluoroquinolone adalah obat yang menghambat replikasi bakteri M. tuberculosis. Replikasi dihambat melalui interaksi dengan enzim gyrase, salah enzim yang mutlak diperlukan dalam proses replikasi bakteri M. Tuberculosis. Enzim ini tepatnya bekerja pada proses perubahan struktur DNA dari bakteri, yaitu perubahan dari struktur double helix menjadi super coil (Gambar 5). Dengan struktur super coil ini DNA lebih mudah dan praktis disimpan di dalam sel. Pada proses tersebut enzim gyrase berikatan dengan DNA, dan memotong salah satu rantai DNA dan kemudian menyambung kembali (Gambar 5). Dalam proses ini terbentuk produk sementara (intermediate product) berupa ikatan antara enzim gyrase dan DNA (kompleks gyrase-DNA) (Anonim g, 2008)
Fluoroquinolone mamiliki kemampuan untuk berikatan dengan kompleks gyrase-DNA ini, dan membuat gyrase tetap bisa memotong DNA, tetapi tidak bisa menyambungnya kembali. Akibatnya, DNA bakteri tidak akan berfungsi sehingga akhirnya bakteri akan mati. Selain itu, ikatan fluoroquinolone dengan kompleks gyrase-DNA merupakan ikatan reversible, artinya bisa lepas kembali sehingga bisa di daur ulang. Akibatnya, dengan jumlah yang sedikit fluoroquinolone bisa bekerja secara efektif (Anonim g, 2008)
Dalam terapi TBC, biasanya dipilih pemberian dalam bentuk kombinasi dari 3-4 macam obat tersebut. Hal tersebut bertujuan untuk menghindari terjadinya resistensi bakteri terhadap obat. Dosis yang diberikan berbeda untuk tiap penderita, bergantung tingkat keparahan infeksi. Karena bakteri tuberkulosa sangat lambat pertumbuhannya, maka penanganan TBC cukup lama, antara 6 hingga 12 bulan yaitu untuk membunuh seluruh bakteri secara tuntas (Anonim f, 2010).
Pengobatan harus dilakukan secara terus-menerus tanpa terputus, walaupun pasien telah merasa lebih baik / sehat. Pengobatan yang terhenti ditengah jalan dapat menyebabkan bakteri menjadi resisten. Jika hal ini terjadi, maka TBC akan lebih sukar untuk disembuhkan dan perlu waktu yang lebih lama untuk ditangani. Untuk membantu memastikan penderita TBC meminum obat secara teratur dan benar, keterlibatan anggota keluarga atau petugas kesehatan diperlukan yaitu mengawasi dan jika perlu menyiapkan obat yang hendak dikonsumsi. Oleh karena itu, perlunya dukungan terutama dari keluarga penderita untuk menuntaskan pengobatan agar benar-benar tercapai kesembuhan (Anonim f, 2010).
Obat diminum pada waktu yang sama setiap harinya untuk memudahkan penderita dalam mengkonsumsi obat. Lebih baik obat diminum saat perut kosong sekitar setengah jam sebelum makan atau menjelang tidur (Anonim f, 2010).
Selain dengan menggunakan obat-obatan tersebut, pengobatan penyakit akibat infeksi bakteri mycobacterium ini dapat dilakukan dengan menggunakan jahe dan mengkudu. Jahe dan mengkudu dapat menyembuhkan penyakit yang disebabkan bakteri berbentuk batang tersebut karena kedua bahan itu kaya akan senyawa antibakteri. Misalnya jahe mempunyai gingerol yang bersifat antibakteri. Demikian juga mengkudu yang mengandung senyawa aktif antrakuinon, acubin, asperuloside, dan alizarin. Keempat senyawa itu juga berkhasiat untuk membunuh bakteri tuberculosis (Anonim h, 2010)
Kedua bahan itu mempunyai sifat antibakteri lebih kuat ketika disatukan. Sebaliknya bila dipisah, kekuatannya berkurang. Jahe dan mengkudu juga bersifat imunostimulan alias meningkatkan daya tahan tubuh. Duet mengkudu dan jahe menyusul meniran yang lebih dulu diuji klinis sebagai penyembuh tuberkulosis. Phyllanthus niruri itu terbukti sebagai antituberkulosis. Pemberian 50 mg kapsul meniran selama 3 kali sehari menyembuhkan TB pada pekan ke-6 atau lebih cepat 8 minggu dibandingkan pasien yang tidak mengkonsumsi meniran.
Meniran juga bersifat sebagai imunomodulator alias penguat sistem kekebalan tubuh. Ketika kekebalan tubuh meningkat, bibit-bibit penyakit yang masuk ke dalam tubuh dapat dilemahkan. Jika sel-sel imun seseorang diganggu, maka orang tersebut akan rentan sakit (Anonim h, 2010).
Perpaduan ekstrak jahe dan mengkudu itu mampu menyempurnakan obat standar resep dokter seperti rifampisin serta pirazinamid yang selama ini digunakan untuk mengatasi TB. Untuk yang tidak cocok mengkonsumsi obat-obatan dokter tersebut, menyebabkan gangguan hati. Namun, apabila penggunaannya disertai dengan konsumsi jahe dan mengkudu, hal tersebut tidak akan terjadi. Ekstrak jahe dan mengkudu juga mencegah resistensi (Anonim h, 2010)
RESISTENSI MYCOBACTERIUM TUBERCULOSIS
Bakteri Mycobacterium tuberculosis secara alami resisten terhadap berbagai antibiotik yang telah ada sebelumnya. Hal ini menyebabkan sulitnya pengobatan penyakit TB secara tuntas. Sifat resisten ini dipengaruhi oleh adanya enzim-enzim yang mampu memodifikasi obat seperti b-lactamase dan aminoglycosida acetyl transferase. Jika diterapi dengan benar, tuberkulosis dapat disembuhkan yang disebabkan oleh kompleks Mycobacterium tuberculosis,  yang peka terhadap obat, praktis dapat disembuhkan. Tanpa terapi tuberkulosa akan mengakibatkan kematian dalam lima tahun pertama pada lebih dari setengah kasus (Palit, 2010)
Mycobacterium tuberculosis resisten terhadap fluoroquinolone melalui struktur unik protein MfpA. Berdasarkan analisa model dengan menggunakan komputer (computer modeling) ditemukan bahwa protein MfpA bisa masuk ke dalam bagian aktif (active site) dari enzim gyrase, seperti halnya DNA. Ini disebabkan karena protein MfpA memiliki struktur yang sama dengan DNA. Akan tetapi berbeda dengan interaksi gyrase dengan DNA, interaksi gyrase dengan MfpA mengakibatkan gyrase tidak bisa berinteraksi dengan fluoroquinolone. Dengan kata lain, kompleks MfpA-gyrase tidak bisa berinterkasi dengan fluoroquinolone, sehingga fluoroquinolone tidak bisa berfungsi sebagaimana mestinya (Anonim g, 2008).
Interaksi gyrase dan DNA penting dalam proses replikasi bakteri M. tuberculosis. Interaksi protein MfpA dengan gyrase, secara otomatis juga menghambat interaksi gyrase dengan DNA. Dengan kata lain, protein MfpA merupakan inhibitor dari enzim gyrase, yakni menghambat aktivitas enzim gyrase itu senditi. Hambatan fungsi enzim gyrase ini mengakibatkan proses replikasi M. tuberculosis terganggu. Pada kenyataannya memang demikian. Artinya, perkembangbiakan bakteri M. tuberculosis menurun, akan tetapi hal ini lebih baik bagi bakteri dari pada mati karena obat fluoroquinolone. Dan biasanya bakteri yang resisten terhadap suatu obat bukan secara tiba-tiba, melainkan mulai dari jumlah yang sedikit dan kemudian perlahan-lahan bertambah sesuai dengan perjalanan waktu (Anonim g, 2008).
Mekanisme fungsi protein MfpA dalam proses resistensi M. tuberculosis sangat unik. Pada umumnya resistensi disebabkan oleh penguraian obat anti-bakteri oleh enzim atau protein tertentu. Akan tetapi tidak demikian halnya dengan protein MfpA. Protein ini hanya memproteksi interaksi obat dengan targetnya. MfpA adalah protein yang pertama kali dibuktikan mempunyai fungsi demikian (Anonim g, 2008).
Pada umumnya kegagalan pengobatan TBC terjadi disebabkan terapi yang terputus karena pasien merasa sudah sembuh. Masalah yang sering timbul adalah lamanya waktu pengobatan. Obat untuk TBC harus dimakan sedikitnya enam bulan. Sementara biasanya setelah makan obat selama dua bulan, pasien malas meneruskan pengobatan karena merasa sembuh dan tidak merasakan gejala lagi. Padahal apabila pengobatan berhenti di tengah jalan, maka tidah hanya penyakitnya saja yang tidak sembuh dengan tuntas, tetapi juga menyebabkan bakteri TBC menjadi kebal terhadap obat yang digunakan. Ketiadaan biaya juga membuat seseorang tidak berobat, karena tidak mengetahui program pemerintah yang menggratiskan obat TBC di seluruh Puskesmas di Indonesia. Penyakit ini sering dianggap enteng oleh penderita karena masih bisa bekerja seperti biasa, namun tanpa disadari keparahan penyakit yang semakin meningkat sebanding dengan perjalanan waktu dan menurunnya daya tahan tubuh.

Diagnosis TBC

Gejala penyakit TBC digolongkan menjadi dua bagian, yaitu gejala umum dan gejala khusus. Sulitnya mendeteksi dan menegakkan diagnosa TBC adalah disebabkan gambaran secara klinis dari si penderita yang tidak khas, terutama pada kasus-kasus baru (Anonim b, 2010).
a)      Gejala umum (Sistemik)
  • Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam hari disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam seperti influenza dan bersifat hilang timbul.
  • Penurunan nafsu makan dan berat badan.
  • Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah).
  • Perasaan tidak enak (malaise), lemah.
Sumber: Anonim b, 2010
b)      Gejala khusus (Khas)
  • Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah bening yang membesar, akan menimbulkan suara “mengi”, suara nafas melemah yang disertai sesak.
  • Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai dengan keluhan sakit dada.
  • Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di atasnya, pada muara ini akan keluar cairan nanah.
  • Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam tinggi, adanya penurunan kesadaran dan kejang-kejang.
Sumber: Anonim b, 2010
Pada penderita usia anak-anak apabila tidak menimbulkan gejala, Maka TBC dapat terdeteksi kalau diketahui adanya kontak dengan pasien TBC dewasa. Sekitar 30-50% anak-anak yang terjadi kontak dengan penderita TBC paru dewasa memberikan hasil uji tuberkulin positif. Pada anak usia 3 bulan – 5 tahun yang tinggal serumah dengan penderita TBC paru dewasa dengan BTA positif, dilaporkan 30% terinfeksi berdasarkan pemeriksaan serologi/darah (Anonim b, 2010)
Pemeriksaan pertama terhadap keadaan umum pasien mungkin ditemukan konjungtiva mata atau kulit yang pucat karena anemia, suhu demam (subfibris), badan kurus atau berat badan menurun. Tempat kelainan lesi TB yang perlu dicurigai adalah bagian apeks paru. Bila dicurigai infiltrat yang agak luas, maka akan didapatkan perkusi yang redup dan auskultasi nafas bronkial. Akan didapatkan juga suara nafas tambahan berupa ronkhi basah, kasar, dan nyaring. Tetapi bila infiltrat ini diliputi oleh penebalan pleura, suara nafasnya menjadi vesikular melemah.
Apabila dicurigai seseorang tertular penyakit TBC, maka beberapa hal yang perlu dilakukan untuk menegakkan diagnosis adalah:
-        Anamnesa baik terhadap pasien maupun keluarganya.
-        Pemeriksaan fisik.
-        Pemeriksaan laboratorium (darah, dahak, cairan otak).
-        Pemeriksaan patologi anatomi (PA).
-        Rontgen dada (thorax photo).
-        Uji tuberkulin.
Sumber: Anonim b, 2010
Penyakit tuberculosis memiliki beberapa variasi jenisnya. Adapun jenis-jenis dari penyakit tuberculosis tersebut adalah:
  • Tuberculosis paru terkonfirmasi secara bakteriologis dan histologis
  • Tuberculosis paru tidak terkonfirmasi secara bakteriologis dan histologis
  • Tuberculosis pada sistem saraf
  • Tuberculosis pada organ-organ lainnya
  • Tuberculosis millier
Tuberculosis paru adalah tuberculosis yang menyerang jaringan paru, tidak termasuk pleura (selaput paru). Berdasarkan pemeriksaan dahak, TB Paru dibagi menjadi 2 yaitu Tuberkulosis Paru BTA positif dan Tuberkulosis Paru BTA negatif (Avicenna, 2009)
Tuberculosis ekstra paru adalah tuberculosis yang menyerang organ tubuh selain jaringan paru, misalnya pleura (selaput paru), selaput otak, selaput jantung, kelejar limfe, tulang, persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat kelamin dan lain-lain. Berdasarkan tingkat keparahannya, TB Ekstra Paru dibagi menjadi 2 yaitu : tuberculosis ekstra paru ringan seperti misalnya adalah TB kelenjar limfe, pleuritis eksudatif unilateral, tulang (kecuali tulang belakang), sendi dan kelenjar adrenal serta  tuberculosis ekstra paru berat, misalnya adalah meningitis, milier, perikarditis, peritonitis, pleuritis eksudatif dupleks, TB tulang belakang, TB usus, TB saluran kencing dan alat kelamin (Avicenna, 2009).
Dalam kasus TBC terdapat beberapa tipe penderita yang ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya. Adapun beberapa tipe penderita tersebut yaitu: kasus baru adalah dimana penderita tersebut belum pernah diobati dengan OAT (Obat Anti Tuberculosis) atau sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan (30 dosis harian) (Avicenna, 2009).
Kambuh (relaps) adalah penderita TB yang sebelumnya pernah mendapatkan terapi TB dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap, kemudian kembali lagi berobat dengan hasil pemeriksaan dahak BTA positif (Avicenna, 2009).
Pindahan (transfer in) adalah penderita TB yang sedang mendapatkan pengobatan disuatu kabupaten lain dan kemudian pindah berobat ke kabupaten ini. Penderita tersebut harus membawa surat rujukan/pindahan (FORM TB 09) (Avicenna, 2009).
Kasus berobat setelah lalai (pengobatan setelah default/drop-out) adalah penderita TB yang kembali berobat dengan hasil pemeriksaan dahak BTA positif setelah putus berobat 2 bulan atau lebih. (Avicenna, 2009).
Gagal adalah penderita BTA positif yang masih tetap positif atau kembali menjadi positif pada akhir bulan ke-5 atau lebih atau  penderita BTA negative, rontgen positif yang menjadi BTA positif pada akhir bulan ke-2 pengobatan. (Avicenna, 2009).
Semua penderita lain yang tidak memenuhi persyaratan tersebut diatas merupakan tipe yang lain. Termasuk dalam kelompok ini adalah kasus kronik (adalah penderita yang masih BTA positif setelah menyelesaikan pengobatan ulang dengan kategori 2) (Avicenna, 2009).

Epidemiologi Penyakit TBC

1.       Epidemiologi Global

Walaupun pengobatan TB yang efektif sudah tersedia tapi sampai saat ini TB masih tetap menjadi problem kesehatan dunia yang utama. Pada bulan Maret 1993 WHO mendeklarasikan TB sebagai global health emergency. TB dianggap sebagai masalah penting karena lebih kurang 1/3 penduduk dunia terinfeksi oleh mikobakterium TB. Pada tahun 1998 ada 3.617.047 kasus TB yang tercatat diseluruh dunia.
Sebagian besar dari kasus TB ini (95 %) dan kematiannya  (98 %) terjadi dinegara-negara yang sedang berkembang. Di antara mereka 75 % berada pada usia produktif yaitu 20-49 tahun. Karena penduduk yang padat dan tingginya prevalensi maka lebih dari 65 % dari kasus-kasus TB yang baru dan kematian yang muncul di Asia.
Alasan utama yang muncul atau meningkatnya penyakit TB global ini disebabkan :
a.       Kemiskinan pada berbagai penduduk
b.       Meningkatnya penduduk dunia
c.       Perlindungan kesehatan yang tidak mencukupi
d.       Tidak memadainya pendidikan mengenai penyakit TB
e.       Terlantar dan kurangnya biaya pendidikan (1).

2.       Epidemiologi TB di Indonesia

Indonesia adalah negeri dengan prevalensi TB ke-3 tertinggi di dunia setelah China dan India.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiHYtR3RqFvbm0T1ajdhQMFg49q3HD5kdn7u0ZakauDIS7Ff9lFG4zIzqNPoDYxrTFbbCnZetRq_rr3d0YXSZ1iSBvXXVjQSf5hrxkwrz1tufxLg8VbaBey98DIOviSQzW6L2iwE7tv1Ao/s320/indo.jpg


 


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjIBkME4Yzz8x9VL4FKSHelOVJS70pOwgwUYCn87uz2C7cKt9VVicocvZooCYSJZbd-9ns271gesFj0SRMgo5uZKMma9yTK8br6JvXRPIgrL7uQb9a6mSdowzBGLcrFJoVoaFkGS-1FrBA/s320/indo+1.jpg

 
(2)

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj60e1RLkVQ7RfiSSvNVCs0MdsQYoPuf48gfT4seYoKXV3_p2bOtgZM6iK3rbYF5LRdth4hOqWStpnVSNoXPG0C9DLR8LpFP6kM-nOlAo-8uumRlzrAfrWEMa5wrHTzZnP8NztedygWgg0/s320/sumsel+1.jpg

            1. TRIAD EPIDEMIOLOGI
1.1     Agent

TB disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis, bakteri gram positif, berbentuk batang halus, mempunyai sifat tahan asam dan aerobic (4).
Karakteristik alami dari agen TBC hampir bersifat resisten terhadap disifektan kimia atau antibiotika dan mampu bertahan hidup pada dahak yang kering untuk jangka waktu yang lama (5).
Pada Host, daya infeksi dan kemampuan tinggal sementara Mycobacterium Tuberculosis sangat tinggi. Pathogenesis hamper rendah dan daya virulensinya tergantung dosis infeksi dan kondisi Host. Sifat resistensinya merupakan problem serius yang sering muncul setelah penggunaan kemoterapi modern, sehingga menyebabkan keharusan mengembangkan obat baru (5).
Umumnya sumber infeksinya berasal dari manusia dan ternak (susu) yang terinfeksi. Untuk transmisinya bisa melalui kontak langsung dan tidak langsung, serta transmisi congenital yang jarang terjadi (5).

 https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh3QEoyRIO-8C3WKS2_bJ2A_6uZ8eIUb7cgV77vXWiANBjaNQ8psCYlglDRVanXg_6Yx-6Y9nUHbTBNQqToeEq3ivOCMphTyMdAoH3UckTK9LiSfuuGMkvL-pXGKIy-f__XX248u-NGqtw/s1600/eerererererer.jpg
 


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEijUosdLsKElxblncwMmOJN8uoSf9QGHF8SZjBp62e29Z9a1NWNBTG3Un9Z67d8xZqwC7J8C6TDC75LWqtux_tWCIhFTUEa7RBbYlpZp9apB44cfHSJiL6iu-HSYF0gByzNiDjwbvWE1c4/s1600/Mycobacterium-tuberculosis_pic.jpg


Sumber : http://pramareola14.wordpress.com/2009/12/04/mengenal-tuberkulosis-penyakit-infeksi-pembunuh-nomor-satu-bangsa-indonesia/


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEghWdqkcffvLTLJbXDiE7VI0Eq7JcDr4x_7KJEgF2rs7AM87knTzPHbfodOrbKITj8xGgYKpanp2ZQF6oMm4h1dUYDOMtXJa5KzM9PkpaZ16CGzhtJLLuMq4BJKWqiWFMAuEuY-xxwEcaE/s320/MTBCDC.jpg


2.2       Host

Umur merupakan faktor terpenting dari Host pada TBC. Terdapat 3 puncak kejadian dan kematian ;
a.       Paling rendah pada awal anak (bayi) dengan orang tua penderita
b.       Paling luas pada masa remaja dan dewasa muda sesuai dengan pertumbuhan, perkembangan fisik-mental dan momen kehamilan pada wanita
c.       Puncak sedang pada usia lanjut (6).
Dalam prkembangannya, infeksi pertama semakin tertunda, walau tetap tidak berlaku pada golongan dewasa, terutama pria dikarenakan penumpukan grup sampel usia ini atau tidak terlindung dari risiko infeksi (6).
Pria lebih umum terkena, kecuali pada wanita dewasa muda yang diakibatkan tekanan psikologis dan kehamilan yang menurunkan resistensi. Penduduk pribumi memiliki laju lebih tinggi daripada populasi yang mengenal TBC sejak lama, yang disebabkan rendahnya kondisi sosioekonomi. Aspek keturunan dan distribusi secara familial sulit terinterprestasikan dalam TBC, tetapi mungkin mengacu pada kondisi keluarga secara umum dan sugesti tentang pewarisan sifat resesif dalam keluarga. Kebiasaan sosial dan pribadi turut memainkan peranan dalam infeksi TBC, sejak timbulnya ketidakpedulian dan kelalaian Status gizi, kondisi kesehatan secara umum, tekanan fisik-mental dan tingkah laku sebagai mekanisme pertahanan umum juga berkepentingan besar. Imunitas spesifik dengan pengobatan infeksi primer memberikan beberapa resistensi, namun sulit untuk dievaluasi (6).

3.   3    Environment

Distribusi geografis TBC mencakup seluruh dunia dengan variasi kejadian yang besar dan prevalensi menurut tingkat perkembangannya. Penularannya pun berpola sekuler tanpa dipengaruhi musim dan letak geografis (6).
Keadaan sosial-ekonomi merupakan hal penting pada kasus TBC. Pembelajaran sosiobiologis menyebutkan adanya korelasi positif antara TBC dengan kelas sosial yang mencakup pendapatan, perumahan, pelayanan kesehatan, lapangan pekerjaan dan tekanan ekonomi. Terdapat pula aspek dinamis berupa kemajuan industrialisasi dan urbanisasi komunitas perdesaan. Selain itu, gaji rendah, eksploitasi tenaga fisik, pengangguran dan tidak adanya pengalaman sebelumnya tentang TBC dapat juga menjadi pertimbangan pencetus peningkatan epidemi penyakit ini (6).
Pada lingkungan biologis dapat berwujud kontak langsung dan berulang-ulang dengan hewan ternak yang terinfeksi adalah berbahaya (6).


2.TRANSMISI TB PARU

Lingkungan hidup yang sangat padat dan permukiman di wilayah perkotaan kemungkinan besar telah mempermudah proses penularan dan berperan sekali atas peningkatan jumlah kasus TB. Proses terjadinya infeksi oleh Mycobacterium Tuberculosis biasanya secara inhalasi, sehingga TB paru merupakan manifestasi klinis yang paling sering disbanding organ lainnya. Penularan penyakit ini sebagian besar melalui inhalasi basil yang mengandung droplet nuclei. Khususnya  yang didapat dari pasien TB paru dengan batuk berdarah atau berdahak yang mengandung basil tahan asam (BTA). Pada TB kulit atau jaringan lunak penularan bisa melalui inokulasi langsung. Infeksi yang disebabkan oleh M. bovis dapat disebabkan oleh susu yang kurang disterilkan dengan baik atau terkontaminasi. Sudah dibuktikan bahwa lingkungan sosial ekonomi yang baik (1).
Penyebab tuberculosis adalah Mycobacterium Tuberculosis, sejenis kuman berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4 um dan tebal 0.3-0.6 um. Yang tergolong dengan kuman Mycobacterium Tuberculosis complex adalah :
1.       M. tuberculosae
2.       Varian Asian
3.       Varian African I
4.       Varian African II
5.       M. bovis
Pembagian tersebut adalah berdasarkan perbedaan secara epidemiologi.
Kelompok kuman Mycobacteria Other Than TB (MOTT, atypical) adalah :
1.       M. kansasi
2.       M. avium
3.       M. intra cellular
4.       M. scrofulaceum
5.       M. malmacerse
6.       M. xenopi

Sebagian besar dinding kuman terdiri atas asam lemak (lipid), kemudian peptidoglikan dan arabinomannan. Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan terhadap asam (asam alkohol) sehingga disebut bakteri tahan asam (BTA) dan ia juga lebih tahan terhadap gangguan kimia dan fisis. Kuman dapat tahan hidup pada udara kering maupun dalam keadaaan dingin (dapat tahan bertahun-tahun dalam lemari es). Hal ini terjadi karena kuman berada dalam sifat dormant. Dari sifat dormant ini kuman dapat bangkit kembali dan menjadikan penyakit tuberculosis menjadi aktif lagi (1).
Di dalam jaringan, kuman hidup sebagai parasit intraselular yakni dalam sitoplasma markofag. Markofag yang semula memfagositasi malah kemudian disenanginya karena banyak mengandung lipid (1).
Sifat lain kuman ini adalah aerob. Sifat ini menunjukkan bahwa kuman lebih menyenangi jaringan yang tinggi kandungan oksigennya. Dalam hal ini tekanan oksigen pada bagian apikal paru-paru lebih tinggi dari bagian lain. Sehingga bagian apikal ini merupakan tempat predileksi penyakit tuberculosis (1).